Cari Blog Ini

Rabu, 27 November 2013

Right now

Hai, sudah lama rasanya tak menceritakan tentangku dan dia. Bagaimana kelanjutan kami sekarang? Apakah aku masih menjari orang yang terus tersakiti? Bagaimana kabar ia dan pacar barunya? Baiklah, aku akan menceritakan apa yang terjadi saat ini. . .

Keadaan sudah jauh lebih baik saat ini. Ia hidup bahagia dengan kekasihya yang baru . Mereka sangat mesra, semoga saja mereka langgeng dan berlangsung lama. Semoga saja mereka berakhir bahagia, tak berakhir nista sepertiku. Dalan diamku, aku selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian :)

Lalu bagaimana denganku? Aku masih sendiri.
Sendiri bukan berarti sepi.
Dikesendirianku ini aku sangat bahagia.
Bahkan tak sedikitpun niat untuk mencari seorang pengganti.
Aku nyaman dengan keadaan seperti ini.

Aku banyak belajar dari kesalahanku dulu.
Belajar mengikhlaskan,merelakan,mencari kehidupan yang lebih baik.

Beberapa bulan kegalauanku membawaku lebih mendalami agama. Ya, mengisi duka dengan mendekatkan diri pada Tuhan membuat jiwa menjadi tenang. Aku mendapat banyak pencerahan.

Bahwa sesungguhnya diagamaku tak diizinkan dua orang yg bukan muhrimnya untuk berpacaran dengan alasan apapun. Secara terang-terangan agamaku melarang. Hal yg selama ini kuanggap spele,ternyata dosa besar.

Lalu tentang keinginanku mendapatkan pacar yg soleh dan mampu membimbingku menjadi wanita solehah. Ternyata mustahik ada pria seperti itu. Karena pria soleh tak akan mau mengajak wanita yg dicintainya untuk pacaran.

Tapi tak munafik, rasa sayang itu pasti ada. Hingga saat aku menulis inipun hatiku masih terpaut pada Dia. Aku terkadang masih memikirkan dirinya.
Dosakah jika masih mencintai mantan pacar? Bagaimana solusinya sedangkan dalam islam pacaran itu dilarang?

Cintailah dalam diam dan doa.
Hal itu tidak dilarang.
Tuhan memang menciptakan manusia untuk memiliki cinta. Tinggal bagaimana mereka mengekspresikan cintanya itu. Apakah dengan cara yg dilarang Tuhan, atau sebaliknya?

Sungguh,mencintai dalam diam itu asik.
Kau tak perlu merasa rugi karena auratmu dapat dinikmati hanya dengan gombal dan status pacaran.
Kau tak perlu menambah dosa dengan melanggar peraturan Tuhan.
Kau hanya perlu diam dan mendoakan.
Sisanya biarkan Tuhan yg mengatur rencana.
Tak perlu khawatir cintamu rak tersampaikan.
Tuhan punya caranya sendiri untuk memilihkanmu pasangan.

Dari hal itu aku mulai menata diri.
Buat apa iri dengan mereka yg pacaran? Sendiri justru jauh lebih mulia.
Tak usah peduli dengan mereka yg terus mengataimu karena kesendirianmu.
Toh kita hidup bukan dari omongan mereka bukan?

Kami telah menemukan jalan kami masing-masing. Bahagia dengan pilihan yg kami ambil,dan menjalani semuanya tanpa mengingat apa yg terjadi sebelumnya.

Namun bukan berarti semuanya telah terkendali.
Sampai saat ini kami bagai dua orang yg tak saling mengenal.
Pura-pura tidak saling kenal tepatnya.
Entah ego siapa yg harus disalahkan disini.
Aku sudah memaafkan semua kesalahannya dan ingin memulai semuanya dari awal lagi,seolah kami baru saja saling mengenal.
Tapi sepertiya sudah tak ada lagi namaku didaftar orang yg ia kenal.
Aku sudah dihapus secara permanen dari memorinya.

Tapi semua itu terserah padanya. Jika itu keinginannya, aku terima.
Mungkin ia sudah tak takut akan dosa.

Yahhh, begitulah keadaan yg terjadi. Memaafkan dan dimaafkan saja sepertinya tak cukup untuk memperbaiki keadaan yang telah porak poranda.
Kurasa cukup disini ceritaku dan Dia yg namanya selalu kusebut dalam doa.
Tak ada lagi pihak yg terluka. Kami sudah menemukan jalan masing-masing.
Meskipun sudah bahagia,saling merelakan dan melepaskan tanpa ada masalah yg berarti. Hubungan yg telah diakhiri akan sangat sulit untuk dibina kembali,walau dimulai dari nol lagi.
Sebaiknya jangan berani memulai jika kau belum siap kehilangan seluruhnya yg kalian bina :)

Rabu, 20 November 2013

Saat semuanya baik-baik saja.



Untuk kalian,yang mungkin melupakanku. . .

Raga kita semua memang bersama.
Tapi hati dan pikiran kita tak lagi bersatu.
Hati dan pikiran kalian ada ditempat yang lain.
Aku merasakannya, walau kalian tak menyadarinya.
Aku  tak bisa banyak bertanya.

Aku tak bisa menyalahkan perubahan.
Manusia memang berubah setiap harinya.
Tapi salahkah jika aku inginkan semuanya kembali seperti saat kita masih baik-baik saja?
Salahkah jika aku inginkan kebersamaan kita yang dulu?
Salahkah jika aku inginkan tertawa lepas menikmati alam bebas bersama kalian?

Aku rindu semuanya, Kawan.
Aku tak tahu apakah kalian juga begitu.
Aku berusaha menyibukkan diriku agar aku bisa memiliki kehidupan sendiri seperti kalian.
Tapi itu membuatku terlihat bodoh.
Aku terlalu menjunjung tinggi persahabatan.
Dan aku tak bisa tanpa sahabatku.

Ku mohon wahai Sahabat.
Runtuhkan ego kalian.
Tak rindukah kalian akan semuanya?
Semudah itukah kalian mengubur semuanya?
Sefana itukah persahabatan kita?

Kembali.
Ayo kembali lagi.
Tata ulang lagi semua yang telah terbakar api.
Ciptakan momen itu lagi.
Kita lupakan semua hal buruk yang telah terjadi.

Tolong, jangan seperti ini.
Terpecah, saling membenci.
Mana kita yang saling menyayangi?
Mana kita yang selalu berbagi?
Mana kita yang bersama setiap hari?

Kembalilah. Kembali ke saat semuanya baik-baik saja.

Dari Sahabat kalian, yang merindukan ‘Kita’

Selasa, 12 November 2013

Rindu

Semuanya masih sama seperti beberapa bulan lalu, beberapa minggu, dan beberapa hari yang lalu.
Aku masih bisa melihatmu.
Aku masih bisa melihat senyummu.
Kita masih bia saling menatap.
Namun ada yang hilang.
ada yang berbeda.
ada yang kurang.


Rasa.



Ya, aku masih bisa melihatmu tersenyum.
namun, senyum itu bukanlah untukku.
Kita memang masih bisa saling menatap.
namun hanya sesaat dan sekejap.
Bukan tatapan yang dulu, bukan tatapan hangat yang itu.
Kamu masih berada didekatku,
namun aku tak bisa lagi menyentuhmu.


Sungguh, ini menyiksaku.
Dalam diamku ada tangis, ada kecewa, dan ada kesal.
Melihatmu seperti ini, membuatku kembali mengingat memori.
Memori bersamamu namun hanya aku yang mengingatnya.


Hanya itu caraku untuk menghilangkan rasa rinduku akan dirimu.
Bukan rasa rindu karena tak bertemu.
Namun rindu akan masalalu.
Aku merindukan kamu yang dulu. . .

aku (sudah) bisa tanpanya

Setelah hujan pasti ada pelangi.
Setelah luka pasti ada bahagia.
Ya, aku percaya. dan aku mengalaminya.


Beberapa bulan lalu aku mengalami masa tersulit.
Terlalu banyak airmata yang kukeluarkan.
Aku terjatuh dalam luka yang dalam.


Namun Tuhan itu adil.
Sekarang aku sudah lupa bagaimana rasanya menangisi kepergian seseorang.
Aku sudah kebal dengan duka.
aku sudah terbiasa hingga aku lupa apa itu luka.


saat orang lain mengungkit dan membicarakan masalaluku.
aku tak menangus lagi.
Sebelumnya, mendengar namanya saja membuat sebuah lubang dihatiku terbuka lagi.
sekarang aku bisa tertawa dan malah larut dalam kenangan indah dimasalalu bersama mereka.


Aku sadar bahwa masalalu itu hanya kenangan.
Kita tak akan bisa kembali kesana.
Termasuk dia, dia hanya masalalu.
Bukankah hidup terus berjalan kedepan?
Kita tak bisa berhenti hanya pada satu titik.


Bagaimana kita ingin menemukan seseorang yang benar jika kita tetap bersikeras pada orang yang salah?
Bagaimana kita ingin diri kita bahagia tapi kita terus menerus larut dalam kesedihan?


Bangun, bangkitlah.
Jangan terpuruk pada masalalumu.
Jadikan pelajaran agar nantinya tak akan tersakiti dengan kasus yang sama.
Buatlah luka itu menjadi satu loncatan untuk menjadi dewasa.


Tak mudah memang.
Namun bukankah Tuhan menjanjikan jalan keluar bagi hamba-Nya yang tak henti berusaha untuk menemukan?
Setiap ada kemauan pasti ada jalan.
Cari, dan temukan kebahagiaanmu sendiri :)