Hai, sudah lama rasanya tak menceritakan tentangku dan dia. Bagaimana kelanjutan kami sekarang? Apakah aku masih menjari orang yang terus tersakiti? Bagaimana kabar ia dan pacar barunya? Baiklah, aku akan menceritakan apa yang terjadi saat ini. . .
Keadaan sudah jauh lebih baik saat ini. Ia hidup bahagia dengan kekasihya yang baru . Mereka sangat mesra, semoga saja mereka langgeng dan berlangsung lama. Semoga saja mereka berakhir bahagia, tak berakhir nista sepertiku. Dalan diamku, aku selalu mendoakan yang terbaik untuk kalian :)
Lalu bagaimana denganku? Aku masih sendiri.
Sendiri bukan berarti sepi.
Dikesendirianku ini aku sangat bahagia.
Bahkan tak sedikitpun niat untuk mencari seorang pengganti.
Aku nyaman dengan keadaan seperti ini.
Aku banyak belajar dari kesalahanku dulu.
Belajar mengikhlaskan,merelakan,mencari kehidupan yang lebih baik.
Beberapa bulan kegalauanku membawaku lebih mendalami agama. Ya, mengisi duka dengan mendekatkan diri pada Tuhan membuat jiwa menjadi tenang. Aku mendapat banyak pencerahan.
Bahwa sesungguhnya diagamaku tak diizinkan dua orang yg bukan muhrimnya untuk berpacaran dengan alasan apapun. Secara terang-terangan agamaku melarang. Hal yg selama ini kuanggap spele,ternyata dosa besar.
Lalu tentang keinginanku mendapatkan pacar yg soleh dan mampu membimbingku menjadi wanita solehah. Ternyata mustahik ada pria seperti itu. Karena pria soleh tak akan mau mengajak wanita yg dicintainya untuk pacaran.
Tapi tak munafik, rasa sayang itu pasti ada. Hingga saat aku menulis inipun hatiku masih terpaut pada Dia. Aku terkadang masih memikirkan dirinya.
Dosakah jika masih mencintai mantan pacar? Bagaimana solusinya sedangkan dalam islam pacaran itu dilarang?
Cintailah dalam diam dan doa.
Hal itu tidak dilarang.
Tuhan memang menciptakan manusia untuk memiliki cinta. Tinggal bagaimana mereka mengekspresikan cintanya itu. Apakah dengan cara yg dilarang Tuhan, atau sebaliknya?
Sungguh,mencintai dalam diam itu asik.
Kau tak perlu merasa rugi karena auratmu dapat dinikmati hanya dengan gombal dan status pacaran.
Kau tak perlu menambah dosa dengan melanggar peraturan Tuhan.
Kau hanya perlu diam dan mendoakan.
Sisanya biarkan Tuhan yg mengatur rencana.
Tak perlu khawatir cintamu rak tersampaikan.
Tuhan punya caranya sendiri untuk memilihkanmu pasangan.
Dari hal itu aku mulai menata diri.
Buat apa iri dengan mereka yg pacaran? Sendiri justru jauh lebih mulia.
Tak usah peduli dengan mereka yg terus mengataimu karena kesendirianmu.
Toh kita hidup bukan dari omongan mereka bukan?
Kami telah menemukan jalan kami masing-masing. Bahagia dengan pilihan yg kami ambil,dan menjalani semuanya tanpa mengingat apa yg terjadi sebelumnya.
Namun bukan berarti semuanya telah terkendali.
Sampai saat ini kami bagai dua orang yg tak saling mengenal.
Pura-pura tidak saling kenal tepatnya.
Entah ego siapa yg harus disalahkan disini.
Aku sudah memaafkan semua kesalahannya dan ingin memulai semuanya dari awal lagi,seolah kami baru saja saling mengenal.
Tapi sepertiya sudah tak ada lagi namaku didaftar orang yg ia kenal.
Aku sudah dihapus secara permanen dari memorinya.
Tapi semua itu terserah padanya. Jika itu keinginannya, aku terima.
Mungkin ia sudah tak takut akan dosa.
Yahhh, begitulah keadaan yg terjadi. Memaafkan dan dimaafkan saja sepertinya tak cukup untuk memperbaiki keadaan yang telah porak poranda.
Kurasa cukup disini ceritaku dan Dia yg namanya selalu kusebut dalam doa.
Tak ada lagi pihak yg terluka. Kami sudah menemukan jalan masing-masing.
Meskipun sudah bahagia,saling merelakan dan melepaskan tanpa ada masalah yg berarti. Hubungan yg telah diakhiri akan sangat sulit untuk dibina kembali,walau dimulai dari nol lagi.
Sebaiknya jangan berani memulai jika kau belum siap kehilangan seluruhnya yg kalian bina :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar