FANFICTION
TITLE : FROM BALI TO LOVE
GENRE : ROMANTIC STORY
AUTHOR : ANY CULLEN
EDITOR : AUTUMN MELODIS
CAST :
·
Justin Bieber as Justin
·
Selena Gomez as Selena
·
Ryan Butler as Ryan
OTHER CAST : sherly pratiwi (Original character)
LENGTH : 7 part
AUTHOR NOTE : ff ini ku buat untuk para Beliebers Indonesia.
Cerita di dalamnya hanya karangan belaka. Untuk para Selenator maaf disini aku
membandingkan Selena kalian dengan tokoh khayalanku. Tapi jangan langsung
mencela, bacalah dulu bagaimana akhir ceritanya :D. semoga kalian menyukainya. CTN
untuk sarannya. #swag
Ontario, Canada.
23 agustus 2009
9.00pm
Brrrrrrrrrrrrrrr…
Lelah .
Ku guyur tubuhku dengan air, ini membuatku sedikit lebih
rileks setelah apa yang kukerjakan beberapa minggu terakhir. Show , undangan
mengisi beberapa acara, launching album, jumpa fans, semua telah menjadi
kegiatan wajibku kini. Ya, aku sadar sekarang aku menjadi seorang artis,jadi
semua itu konsekuensi yang harus kuterima. Dan jujur, aku masih belum terbiasa
dengan semua ini.
Ku keringkan rambutku yang basah , dan membiarkan tubuhku
mengering. Berpikir sejenak tentang apa yang akan kulakukan.
Kulihat sebuah browser wisata yang terlgeletak di buffet
kamar hotelku. Browser wisata ke Bali, Indonesia. Ku ambil i-Pad ku dan
menggerakan jemariku menelusuri pencarian di Google tentang Bali. Dan ting..
google menjawab semua jawabanku. Ternyata Bali pulau yang
cukup mengesankan, kurasa aku harus pergi kesana untuk membuang penat sebentar.
Tentu saja dengan penyamaran, dan aku tau siapa orang yang bisa ku ajak untuk
melakukan hal gila ini.
Ku ambil ponselku dan mulai mengetik pesan.
To: Ryan Butler
+64046616782
Besok datanglah kerumahku. Ada misi rahasia yang harus kita
bicarakan.
Bali, Indonesia
26 agustus 2009
9.00am
Kubuka mataku perlahan dan menerawang ke cahaya yang masuk
di celah jendela kamar hotel. Ku lihat Ryan sedang asik duduk di depan televisi
menyaksikan pertandingan MBA, mungkin salah satu jagoannya sedang bertanding
hari ini. Aku berjalan menuju balkon hotel untuk melihat-lihat pemandangan
sebentar . semburan angin yang bertiup menerbangkan rambutku. Ini masih pagi
namun angin telah bertiup kencang di tepi pantai. Ombak terlihat menantang di
bawah sana. Aku yakin aku tak salah memilih lokasi untuk berlibur.
That should be me,, holdin
your hand..
That shiuld be me,,
makin you laugh,,
You’ve got a new
message.
Kubuka ponselku dan melihat pesan singkat yang masuk dari
managerku.
Sender : Scooter Brown
Hei,,
kau dimana? Semua orang mencarimu. Kau tiba-tiba saja menghilang dan meminta
cuti selama seminggu. Apa yang kau lakukan?
Kubaca pesan itu sesaat. Lalu kumatikan ponselku. Aku tak
ingin di ganggu oleh siapapun saat ini, terutama masalah pekerjaan. Ku hampiri
Ryan yang sedang asyik di depan televisi.
“Hei, apa kau hanya ingin di depan televisi saja seharian?”
tanyaku pada Ryan sambil melemparkan handuk padanya.
“Ahh, kau ini. Mengganggu saja.”
“Ayo mandi dan kita menikmati Bali. Aku yang traktir.”
“Benarkah ? Tunggu
sebentar !” Ryan bangkit dari sofa dan segera berlari menuju kamar mandi.
“ya, cepatlah…”
Aku sadar seseorang tengah memperhatikanku dari jauh, segera
kututup pintu menuju balkon hotel dan bersiap-siap untuk pergi.
‘’Ini tidak buruk, misi yang cukup menyenangkan sobat.”kata
Ryan sambil meminum Coke nya.
“Tentu..” Aku masih memikirkan tentang pekerjaanku yang
kutinggal walau hanya untuk 1 minggu. Dan terutama bagaimana menghadapi mom
Pattie saat aku pulang nanti. Hingga aku
tak memperhatikan langkahku yang menabrak seorang wanita.
Dan brukkk….
“Hei, u can see Mr? I’m at here.”Bentaknya sambil
membersihkan rok nya yang penuh pasir dan memungut kelapa-kelapa yang jatuh.
“Oh, sorry. I didn’t mean it.” Sungguh, aku benar-benar
merasa bersalah pada wanita ini. Aku mengulurkan tanganku untuk membantunya
berdiri,tapi ia langsung menepisnya.
“Arrrrggghhh.. Can you open your eyeglass and seeing me?”Matanya
mencanangkan kekesalan padaku.
Aku gugup mendengar ucapannya dan apalagi itu, tatapan tajam
matanya yang galak. Mana mungkin aku membuka kacamata hitamku disini. Dan menampakkan
siapa aku sebenarnya. Itu sama saja bunuh diri.
Beruntung Ryan menyelamatkanku.
“Sorry, we have to go.” Ucap Ryan sambil memberikan beberapa
lembar uang ganti rugi kepadanya dan menarikku menjauh dari sana.
Aku tak pernah menyangka, itu kali pertama aku mengulurkan
tangan kepada wanita dan ditolak mentah-mentah. biasanya para gadis diluar sana
berebut bahkan menangis hanya untuk memegang tangannku. Tapi ini? Tanganku
ditepis mentah-mentah. Ia memang sangat aneh,tapi ada sesuatu dari dalam
dirinya yang membuatku tak bisa melupakan raut wajahnya. Aku tak pernah
berhenti memikirkannya dan berharap akan bertemu dengannya lagi.
2.
Bali, 27 agustus 2009
4.00 pm
Aku semakin tertarik dengan Bali, terutama dengan para gadis
disini. Mereka memiliki kecantikan tersendiri, aku bahkan langsung tertarik
begitu aku pertama melihatnya. walau aku tak mengetahui namanya dan dimana dia
tinggal, aku yakin aku akan bertemu dengannya lagi hari ini. Aku menyewa
seorang alih bahasa agar memudahkanku berkomunikasi dengan orang-orang disini.
Lagi, kami menelusuri pantai Kuta dan berharap akan
menemukan gadis itu lagi. Syukurlah keberuntungan sedang berada di pihakku.
Kami menemukannya, namun aku hanya berani mengamatinya dari jauh.
“pekerja keras.” Komentar Ryan
“hmmm, yeah… bagaimana menurutmu? Aku bisa mendekatinya?”
“dia? Gadis segalak anjing harder itu? kurasa kemungkinannmu
hanya 45%.”
“baiklah, kau berani bertaruh? Sungguh aku sangat penasaran
dengannya. bantu aku, jika kita berhasil aku janji akan menuruti apa
kemauanmu.”
“sungguh?”
“tentu.”jawabku yakin. Tapi ada sedikit keraguan di benakku,
kalau saja dia hanya memanfaatkanku dan akan membeberkan segalanya jika ia
mengetahui siapa aku sebenarnya.
Kami menghampiri kedainya ketika kami yakin semua
pekerjaannya selesai. Jadi dia tak akan
terganggu dengan kedatangan kami.
Aku memberitahukan apa maksudku kepada sang Translator dan
ia menyampaikan dengan bahasa Indonesia kepada wanita itu, aku tak tau apa yang
di katakannya hingga ia mau menemui kami.
(Percakapan sebenarnya
dalam bahasa inggris namun sepertinya terlalu sulit, lebih baik ditulis dalam
bahasa Indonesia :D)
“maaf atas yang terjadi semalam.” Ujar ku.
“oh, tak apa. yang lalu biarkan berlalu.” Jawabnya ramah. Hei , dia sangat ramah dan
lembut. Kesanku tentangnya mulai sedikit berubah.
“aku Justin, salam kenal. Ku mohon kau dapat membantuku
disini selama seminggu, aku ingin berlibur disini namun aku tak menemukan pemandu
wisata yang bisa menemaniku. “
“aku sherly, eh. Kenapa aku?”
“karena kau orang Indonesia pertama yang ku kenal. Dan
seperti yang ku ketahui, Indonesia itu orangnya cukup ramah.oh iya, Bahasa
Inggrismu cukup hebat. “ucapku. Kurasa dia tak mengenaliku, ini cukup aman
kurasa.
“ya, tentu. Jika aku ada waktu aku akan menemanimu.
Pelangganku kebanyakan para turis, tentu saja aku harus mahir untuk berbicara
dengan Bahasa Inggris. Hei, taukah kau. Kau sangat aneh dengan jaket, kacamata
hitam dan topi itu. kau tampak seprti penjahat.” Jawabya dengan jujur.
“terima kasih atas bentuanmu. Aku berharap kita bisa jadi
teman baik. Maaf aku tak bisa melepas semua peralatan ini.”
“heeii… kurasa kalian melupakan seseorang disini.” Ucap
Ryan, ia terlihat kesal.
“ahaha. Hampir saja lupa, ini Ryan Butler.” Kataku
memperkenalkan mereka berdua.
“aku sherly. Hei , taukah kalian sunsets dipantai ini sangat
indah. Tujuan orang berkunjung kesini selain ombaknya tentu saja sunsetsnya.
Kalian mau lihat?”ajak sherly
“benarkah?tentu.”jawabku dan Ryan kompak.
Dan senjapun berlalu dibalik kegelapan malam.
Bali 28 agustus 2009
03.00pm
Sherly mengajak kami ke sebuah tempat yang juga menjadi
salah satu daya tarik kota ini. Tentu saja setelah menunggunya pulang sekolah
dan meminta izin kepada ayahnya agar ia tak bekerja hari ini. Aku merasa
semakin nyaman dengannya , walaupun singkat . tapi aku tetap khawatir apakah ia
masih menyukai berteman denganku jika ia tau siapa aku sebenarnya. Aku ingin
mengatakan, tapi aku takut semua itu akan mengganggu liburan dan kebersamaan
yang tinggal beberapa hari lagi ini.
3.
Bali,2 September 2009
Ini hari terakhir liburanku, sore ini aku akan kembali lagi
ke Kanada dan menjadi Justin Bieber yang sebenarnya. Seminggu disini sudah sangat membantuku
melepas penat yang kupikul .Entah kapan aku akan kembali kesini lagi. Dan tentu
saja ada satu hal yang harus ku beritahu
pada sherly saat ini.
Aku mengajak sherly ke pantai, hanya berdua dengannya. Ryan
memutuskan tinggal di hotel untuk berkemas. Kami berjalan menyusuri tepi pantai
membiarkan ombak kecil membasahi kaki kami yang telanjang. Pantai sangat terik
siang ini, namun angin bertiup dengan semilirnya, hingga menerbangkan rambut sebahu Sherly dan
terkibas ke wajahku. Wajahnya terlihat jelas, matanya yang hitam legam menatap
lekat padaku. Ia sadar aku sedang menatap wajahnya meskipun aku menggunakan
kacamata hitam.
“apa? Kenapa kau menatapku seperti itu? jangan kau kira
dengan menggunakan kacamata seperti itu aku tak sadar kau sedang mengamatiku
ya.”
“aku tidak mengamatimu. Kau sangat confidence :p.”
“ayolah Justin. Mengaku saja, kau naksir aku ya? Ahahaha..”
Sherly tertawa, lesung pipinya semakin dalam.
“ah. Kau ini memang sangat percaya diri.” Ku ambil segenggam
pasir dan kulemparkan ke wajahnya. Sekarang wajahnya kotor.
“kau ini.. benar..benar…” Sherly membalas melemparkan pasir
namun lemparannya meleset.
“kau payah :P”
“awass kau Justin.” Sherly melompat ke pundakku,
melingkarkan tangannya erat-erat di leherku.
“heii, kau curang. Lepaskan aku.. uhukkk..” ia mencengkram
leherku hingga aku sulit bernafas.
“akui kalau aku hebat. Baru kulepaskan.” Ia bergantung di
pundakku persis seperti seekor monyet yang bergantung di pundak ibunya. Ku
jatuhkan diriku ke air. Membuat tubuh
kami berdua basah.
“aku menang. Ayolah kita berdamai. Aku lelah.” Ucapku. Ku
tarik tangannya dan membawanya ke tepi pantai. Kami duduk di bawah sebatang
pohon kelapa. Meneduhkan diri dari terik matahari.
“sebenarnya aku ingin mengatakan padamu 1 hal.” Ucapku pada
sherly.
“oh ya? Apa itu? Kau hari ini kembali ke negaramu bukan?”
“eh.. iya. Sebentar lagi aku akan pergi ke bandara.”
“wah, semoga aku bisa bertemu kau dan Ryan lagi. Eh .. apa
yang ingin kau katakan?”
Aku membuka penutup jaket dan kacamataku. Menampilkan siapa aku sebenarnya.
“maaf, seharusnya kau melihatku seperti ini dari awal.
Inilah ‘real’ Justin Bieber”kataku lirih.
“hei, tampangmu begini ataupun dalam topeng ,kau tetap sama.
Kau tetap Justin. “jawabnya dan membuatku sedikit terkejut.
“jadi dari awal kau sudah mengenaliku? Maksudku dari awal
kau sudah tahu aku ini seorang penyanyi?”
“heii. Kau bisa menyanyi? Kenapa kau tak bilang dari awal.”jawab
Sherly lugu.
“benarkah?kau tak
mengenalku? Kau tak pernah tau siapa itu Justin Bieber?” ucapku. Aku sungguh
tak menyangka ia benar-benar tak
mengenal siapa itu Justin Bieber. Ini membuatku tahu akan 1 hal “aku masih tak
pantas di sandingkan dengan Michael Jackson”.
“sungguh aku tak tau. Aku memang tak pernah tau apa
perkembangan di dunia luar karena aku terlalu sibuk bekerja.”
“Syukurlah aku bertemu orang yang tepat.” aku semakin yakin bahwa dia benar-benar sosok
wanita yang aku cari, namun kami harus berpisah dan mungkin tak akan bertemu
lagi.
“makusdmu? Orang yang tepat? Aku masih belum mengerti.”
Jawabnya polos.
Aku memberikan kaset dan foto yang telah kutanda tangani
sebagai kenang-kenangan kepada Sherly.
“ini agar kau tau siapa aku.”
“ini kau? Keren.” Ia mengamati kaset yang kuberikan
padanya. “thanks. Nanti saat kau kembali
aku janji akan menunjukkan padamu bahwa aku telah mengenalmu sebagai artis,
jadi aku tak perlu malu seperti ini.
Bukannya aku harus hisreris bertemu dengan seorang artis eh malah artis yang
sibuk memperkenalkan siapa dirinya. hehee”
“kau ini memang aneh.” Ku acak-acak rambutnya yang tergerai
dan masih basah.
“ Hafalkan semua lagu-lagu ku, nanti kita bernyanyi bersama
jika aku kembali.”ucapku. Aku tak yakin
dengan ucapanku sendiri.
Dia benar-benar orang
yang sangat polos dan lugu. Aku percaya dia dapat dipercaya untuk menyimpan
rahasia tentang “ekspedisi rahasia”ku ke Bali bersama Ryan. Dan akhirnya kami
harus berpisah. Tapi entah mengapa aku merasa sangat sedih berpisah dengannya.
aku takut aku tak dapat memenuhi janjiku sendiri.
“heii,, Justin. Kau mau menetap di Indonesia hah? Kita harus
segera ke airport.” Ryan berteriak dari kejauhan dan melambaikan tangannya.
“baiklah. Aku tau. Tunggu!!!”
Ku tatap Sherly dengan lekat. Ku genggam tangannya . Lalu ku
bawa ia kedalam pelukanku. Aku takut ia akan marah karena aku lancang
memeluknya. Tapi Ia hanya diam,tak berontak ataupun memukulku. Sesaat kemudian
aku berlalu. Ku pasang lagi jaket dan kacamataku. Ku lambaikan tanganku dan
berjalan menuju Ryan. Sherly masih terpaku di tempat aku memeluknya. Aku tak
ingin melepaskan pelukanku dan meninggalkannya disana, tapi itu harus, atau aku
akan tertinggal pesawat.
**
Di pesawat aku masih tak bisa berhenti memikirkannya.
Tatapan matanya, senyumannya, dan segalanya tentangnya. Kurasa inilah namanya
Cinta Pada Pandangan Pertama, benar –benar menghipnotis.
“hei, kita sedang dalam perjalanan kembali. Jangan bilang
kau tidak ingin pulang.” Ryan yang sedari tadi disampingku kebingungan
melihatku yang melamun dan menawarkan Coke.
“thanks Coke-nya.entahlah.Andai saja aku bisa menetap disini
untuk beberapa hari lagi. Aku merasa akan sangat merindukannya.”
“jangan khawatir. Ini, kau masih bisa mengingat wajahnya.
Siapa tau suatu saat nanti kau akan kembali ke Bali. Siapa tau…” kata Ryan
sembari memberiku photo Sherly yang sedang tertawa bersamaku.
“kau, thanks . aku tak menyangka kau masih sempat membuat
kenang-kenangan untukku.” Aku memeluk Ryan dan mengacak-ngacak rambutnya. Dia
memang sahabat terbaikku.
Perjalanan di Bali telah berakhir dan akhirnya kembali ke
Canada dimana semua tuntutan sedang menunggu. Aku yakin passti mom Pattie akan
menjewerku atas kelakuan kekanakannku ini dan Scooter akan memarahiku. Tak apa
lah jika semua itu dibayar dengan apa yang ku alami seminggu ini, di jewer 100
kalipun aku terima. Tapi satu hal yang masih kuharapkan, semoga saja sesibuk
apapun aku nanti aku tak akan melupakan “Bali’s Girl-ku” dan kuharap ia juga begitu.
4.
Canada, Maret 2011
“Kali ini tour ke wilayah Asia, persiapkan dirimu” mom
Pattie mengelus rambutku.
“tentu, aku akan sangat menyukainya. Seperti yang ku dengar,
Asia itu budayanya sangat ramah. Aku semakin tertarik untuk pergi ke sana.”
“semoga konsermu berhasil sayang. Jangan kecewakan para
penggemarmu. Oh, iya..Tadi Selena
bertanya kenapa ponselmu tidak aktif? Dia sangat mencemaskanmu. Segera hubungi
dia.”
“okay mom. Tentu. “
Aku baru ingat poselku telah kumatikan. Selena pasti
khawatir. Sekarang ini seluruh orang di dunia ini tau aku sedang berpacaran
dengan Selena Gomez . Setelah kami mendeklarasikan hubungan kami pada ulang
tahunku yang ke-17 awal bulan lalu. Meski begitu aku tak yakin dengan perasaanku
dengan Selena. Aku masih tak bisa berhenti memikirkan Sherly, masih belum. Tapi
hatiku juga tak bisa bohong, aku memerlukan seseorang untuk menjadi
pendampingku.
Calling… Selena….
+6405634589
Tutttt..tutt…
“hai sayang. Kemana saja kau? Aku menghubungimu tapi
ponselmu tidak aktif.”Selena berbicara di seberang sana.
“sorry, aku hanya sedang tak ingin diganggu. Hanya
mempersiapkan diri untuk konser panjang di wilayah Asia.” Alibi yang tak
sengaja ku ucapkan.
“ya, aku tau. Mom Pattie sudah mengatakan padaku. Bolehkah
aku ikut? Aku sedang tak ada jadwal apapun. Aku ingin menemanimu, aku juga
ingin melihat penggemarmu yang ada di Asia. Kau tau kan, banyak Beliebers mu
yang tak menyukaiku. Aku hanya ingin menjalin hubungan baik dengan mereka.
Boleh kan?”
“mmm…apakah itu tak merepotkanmu? Banyak tempat yang harus
kita datangi. Dan bukankah kau akan sibuk syuting film barumu? Aku takut akan
membuat pekerjaanmu berantakan.”
“semua bisa di atur. Jadi apakah kau mengizinkanku ikut?”
Selena berusaha meyakinkan.
“baiklah kalau begitu, tak ada alasan untuk menolaknya.”
“thanks sayang, akan kumatikan panggilannya,”
Tutt..tut..
Telponpun terputus.
Kulihat jadwal konserku di Asia nanti. Dan ada Indonesia.
Aku sangat merindukan Negara itu,dan tentu saja pada Sherly. Ku buka kotak
penyimpanan barangku dan ku lihat lagi fotonya. Aku melompat kegirangan di atas
kasur dan menciumi foto Sherly. Mom Pattie menggeleng-gelengkan kepalanya
kebingungan melihat tingkahku.
“Bali’s Girl-ku , aku datang memenuhi janjiku. Semoga kita bisa
bertemu.”
5.
Jakarta, 22 April 2011
Justin, aku datang. Aku pergi jauh-jauh ke Jakarta untuk
menemuimu. Tahukah kau? Aku telah menghafal semua lagu-lagumu, seperti yang kau
minta. Semoga kau masih ingat denganku dan janjimu itu, tapi kurasa tak mungkin.
Begitu banyak orang yang ia temui, aku bukan salah satu orang penting yang
harus diingat. Semoga besok aku masih bisa melihatmu tersenyum secara langsung,
walau dari jauh.
Jakarta, 23 April 2011
And It’s show time.
Konserku di gelar di Jakarta. Aku tak menyangka antusias para Beliebers disini
luar biasa. Aku sangat tersanjung melihat mereka menyambutku dengan meriah di
bandara walau aku tak sempat menyapa mereka karena pengamanan yang luar biasa.
Selena juga saat antusias melihat para penggemarku. Semenjak aku berpacaran
dengannya beberapa bulan ini, banyak orang yang membencinya. Aku tak mengerti,
seburuk itukah seseorang yang menjadi pendampingku? Sebanyak itukah resikonya?
Kalau terus begini akhirnya aku akan menjadi perjaka tua. Tak ada yang berani
mengisi posisi sebagai kekasihku karena embel-embel akan runtuh popularitasnya.
Dan aku harap para penggemarku bisa mengerti, untuk universal aku milik mereka,tetapi
aku juga remaja biasa yang ingin seorang gadis memperhatikanku secara khusus.
Saat menyanyikan lagu Stuck In The Moment jantungku berpacu lebih cepat. Seolah ada
yang memotivasiku. Seolah inspirasiku dalam membuat lagu itu ada disini. Lagu
itu memang ku ciptakan khusus untuk Sherly dan ingin kunyanyikan saat bertemu
dengannya. Saat disini dan menyanyikan lagu itu aku ingin ia mendengarku.
Memang kedengarannya tak mungkin. Namun tak ada salahnya mengharap bukan?.
Konser berjalan sukses. Antusias para Beliebers disini
sangant luar biasa. Aku masih berharap diantara 10.000 penonton yang ada, ada
sherly. Semoga.
Kulihat Selena yang tertidur pulas dipundakku saat dalam
perjalanan menuju hotel. Aku kasian dengannya, begitu banyak yang ia korbankan,
begitu banyak yang harus dihadapinya, tetapi ia tetap berusaha bertahan di
posisinya. Aku sangat kejam jika aku menelantarkannya dan memilih mengejar
cinta kilatku disini, itu secara logika. Namun hatiku tetap tak dapat di
bohongi, aku sangat ingin bertemu Sherly dan mengungkapkan padanya perasaanku
yang tak pudar setelah hampir 3 tahun lamanya, dan tentu saja meninggalkan Selena.
Jakarta 24 April 2011
Aku tak menyangka, itu benar-benar Justin. Ia terlihat
sangat luar biasa. Bukan seperti Justin yang kutemui 2 tahun silam, dengan
kacamata dan topi. Kali ini Ia sangat tampan, ia memotong rambut flip hair nya
dan terlihat lebih dewasa. Ia menyanyikan lagu-lagunya dan menari dari
panggung yang super mewah. Suaranya seolah menghipnotis semua penonton disini.
Dan apakah aku terlalu percaya diri atau apa, tapi aku melihat Justin melirik
kearahku saat ia menyanyikan lagu Stuck In The Moment. Tatapannya seolah
mengisyaratkan aku lah yang ada di lagu itu. Ingin rasanya aku berteriak
mengatakan kalau aku ada disana, tapi kurasa percuma . hanya khayalanku belaka.
Justin Bieber, seorang superstar
sedangkan aku hanya gadis desa yang miskin. Untuk menonton konsernya aku harus
rela bekerja paruh waktu dan menyisihkan uang jajanku. Aku harus menyadarkan
diriku bahwa bersama Justin itu hanya mimpi, semua orang juga tahu dia memiliki
kekasih yang setia menemaninya kemana saja ia pergi. Selena Gomez. Ia cantik,
kaya, dan juga superstar. Pasangan yang sangat serasi untuk Justin.
Saat ini aku harus
kembali ke Bali karena aku telah mendapatkan apa yang ku inginkan. Bertemu
Justin, lebih tepatnya “melihat Justin dari jauh.” Itu sudah cukup untuk
mengatasi rindu setelah hampir 3 tahun tak bertemu.
6.
Bali, 26 April 2011
Apa kau pernah memenangkan Jackpot bernilai uang tak
terhingga? Jika kau pernah maka aku mengalami perasaan senang lebih dari itu.
menginjakkan kaki di pasir pantai Kuta lagi seolah mukzijat luar biasa bagiku.
1 dari jutaan kemungkinan untuk bisa
datang kesini lagi. Aku sangat berterima kasih kepada manager yang memberikanku
bonus liburan ke Bali.
“semakin dekat. Hanya beberapa meter lagi. Semoga kau masih
ingat padaku.”bisikku pelan di balkon hotel.
“ingat apa? Ayo ganti bajumu, kita harus menikmati liburan
ini. Ini pertama kalinya kau ke Bali bukan? Aku mendengar dari temanku, pantai
disini sangat indah. Jangan di sia-siakan.” Selena menghampriku, dia mengenakan
hot pants dan tank top berwarna merah,rambutnya digulung dengan acak-acakan. Ku
akui ia sangat cantik, tubuhnya menjadi tubuh impian setiap wanita. Aku akan
menjadi orang yang sangat bodoh jika menyia-nyiakannya.
Selena sedang asik bermain dengan ombak. Aku mengendap pergi
sebentar untuk mencari Sherly. Ku datangi kedai dimana ia bekerja 2 tahun lalu.
Namun ternyata ia telah berhenti. Aku malah harus menghadapi para fans yang
ingin meminta tanda tangan atau berfoto bersama. Di balik topi besarnya Selena
hanya tertawa melihatku yang hampir tak bisa bergerak karena harus memberi
kesempatan para fans untuk berfoto. Aku menyesal kenapa tak menerima tawarannya
mengenakan topi itu walau itu akan sangat memalukan, setidaknya jauh lebih baik
daripada dikerumuni orang seperti ini.
Dan disana !
Di pinggir pantai,
menatap matahari yang akan tenggelam di ufuk timur. Dengan dress yang senada
dengan birunya air laut dan selendang yang menutupi bagian pundaknya. Rambutnya
masih sebahu , masih seperti dulu. Ya, Itu Sherly. Aku berhasil menemukannya.
Dalam kesempatan di didalam kesempitan yang ada ku hampiri Sherly. Tak ada banyak
waktu, karena para fans semakin berdatangan. Ia Nampak terkejut melihatku
berdiri di depannya.
“hai. Aku datang. Aku memenuhi janjiku. Aku tak punya banyak
waktu saat ini. Nanti malam temui aku di tempat
ini pukul 10.00 pm. Aku harap kau datang.”
Aku segera berlari menghindari kejaran fans tanpa sempat
mendengar sepatah katapun ucapan Sherly. Sepertinya sudah tidak aman di pantai ini.
Aku menarik Selena, ia menolak untuk ikut karena sedang asik bermain di pantai
ini, namun ku tunjukkan raut wajahku yang kusut, akhirnya ia menurut. Syukurlah kami bisa kembali ke hotel dengan selamat. Tapi aku masih
memikirkan 1 hal. Bagaimana caranya aku bisa menemui Sherly malam ini tanpa
satu orangpun tau.
7.
Bali 26 April 2011
11.00 pm
Aku membuat kesalahan. Aku tau. Ku harap Sherly mengerti,
aku harus menunggu yang lain tertidur dan menyamar untuk bisa menemuinya.
Syukurlah ia masih setenang dulu.
“sorry, aku terlambat. Kau pasti lelah menungguku.”
“no problem. Aku mengerti. Kau menepati janjimu pun aku
sudah sangat senang.”ucapnya. wajahnya masih sangat cantik walaupun tak ada
cahaya lain disini, hanya ada bulan purnama yang menerangi kami.
Kami berdua duduk di tepi pantai, membiarkan kaki kami
digelitik ombak-ombak kecil. Kami duduk tepat di tempat yang sama 2 tahun lalu.
Sherly duduk mencium lututnya yang ditekuk dan aku melingkarkan tanganku di
lehernya. Ia diam, tak bicara. Hingga aku memulai pembicaraan.
“kau tau. Aku menunggu hampir 3 tahun untuk ini.” Aku sangat
gugup memulai pembicaraan ini.
“apa yang kau tunggu?”ia menjawab. Suaranya datar.
“Begini Sher, apakah kau tau aku menyukaimu. Sejak 3 tahun
lalu.”
“kau bercanda. Ini tidak lucu Justin!”
“aku serius,kalau aku hanya bercanda untuk apa aku bersusah
payah bersembunyi untuk menemuimu?”
“apa kau gila? Aku hanya seorang fans mu. Dan kau memiliki
Selena. Kita sangat berbeda. Kau tau itu..”
“aku tau. Aku sangat ingin mengatakan ini dari dulu. Sebelum
aku bertemu Selena. Namun aku perlu waktu untuk meyakininya. Dan sekarang aku
yakin.”
“kau salah. Itu bukan cinta. Kau hanya terpengaruh oleh
suasana. Dia lah cintamu sesungguhnya, Selena.”
“bukan, ini berbeda. Meskipun aku bersamanya aku tetap saja
tak bisa melupakanmu. aku bahkan menciptakan 1 lagu untukmu di dalam albumku,
tak ada 1 orangpun wanita yang mampu menginspirasiku selain kau dan mom Pattie”
“kau salah. Salah besar. Cinta itu tumbuh dengan orang yang
selalu ada di dekatmu. Kau sebenarnya mencintai Selena, namun kau berusaha
menutupinya. Coba tanyakan lagi pada hatimu sendiri, siapa orang yang paling
kau ingat saat kau sedih maupun senang. Aku yakin orang itu bukan aku. Dan Terimakasih
jika kau menciptakan lagu untukku. ”ucap Sherly lirih. Aku melihat airmatanya
terjatuh.
“itu kau. Bukan Selena”
“kau bohong, Justin . kau bohong” tangisnya semakin pecah.
“hei.. hei.. jangan menangis,aku hanya ingin jujur kepadamu.
Maukah kau kunyanyikan sebuah lagu?”aku berusaha menghibur Sherly.
Sherly mengangguk pelan, masih dengan mata yang basah.
Ku nyanyikan lagu itu. lagu yang kuciptakan hanya untuknya.
Hanya untuk “Bali’s Girl”ku.
I wish we had another
time.
I wish we had another
place.
But everything we have
is stuck in the moment,
And there’s nothing my
heart can do.
To fight with time and
space cause I’m still stuck in the moment with you…
“kenapa kau masih menangis? ” aku menyeka airmata yang jatuh
dipipinya.
“aku tak apa-apa. Hanya terharu bahwa ada yang mau
menciptakan lagu seindah ini untuk orang sepertiku.” Ucapnya sambil melihat
kearah laut yang ada di depan kami. Aku yakin ada sesuatu yang
disembunyikannya.
“ kau memang luar biasa. Lagu ini tak sebanding denganmu.
Kenapa kau tak berani menatapku saat kau berbicara? . Kurasa ada yang kau
sembunyikan dariku. ” aku menyisihkan rambutnya yang tergerai dan menutupi wajahnya, sekarang
wajahnya yang menangis terlihat jelas.
Terlihat jelas dia menghindari bertatapan denganku.
“aku tak bisa, sungguh.”Sherly berbicara sesenggukan sambil
membenamkan wajahnya ke pangkuannya.
“katakan. Kau mencintaiku? Ayo bicara dan tatap mataku.” Aku
mengelus kepalanya, membenamkan tubuhnya kepangkuanku.
“ya. Ya, dan ya. Aku sangat, mencintaimu. Apa kau puas? Aku selalu menantimu kembali
Justin, tapi sekarang aku sadar bahwa aku sangat egois. Kita sangat berbeda,
dan kau memiliki Selena. Ku mohon jagalah Selena. Cintai lah dia. Anggap saja
kita tak pernah bertemu.” Tangisnya semakin pecah. Ku dekap ia semakin erat, ku
cium keningnya dan terus membelai rambutnya.
“kalau kau mencintaiku juga, kenapa kau tak mau bersama denganku?”
“kalau kau mencintaiku juga, kenapa kau tak mau bersama denganku?”
“karena aku tak bisa.”
“hanya itu? apa hanya itu?” aku sangat tak mengerti jalan
pikirannya. Ini impian jutaan wanita di luar sana, ia memang sangat aneh. Dan
itu yang membuatku menyukainya.
“kau tau Justin, aku sangat mencintaimu. Aku munafik jika
aku tak ingin menjadi kekasihmu. Tapi semua itu terlalu berat, aku tak sanggup.
aku melihat Selena, begitu banyak yang sudah ia korbankan untukmu. Apa kau tega
menyakitinya?”
Kata –katanya membuatku terdiam. Dan kurasa ia benar. Aku
juga tak bisa memaksanya untuk bersamaku, itu akan menyakitinya. Jika aku
mencintainya, aku harus melepaskannya.
“baiklah kalau itu yang kau mau. Mungkin , yeah. Semuanya
memang sulit. Sangat sulit. Kita tak perlu bersama, tapi maukah kau mengenang
kejadian 2 tahun lalu. Hanya malam ini saja ” Kulepas pelukanku dan ku usap
matanya yang sembab. Kali ini ia berani
menatap mataku.
“mana mungkin aku melupakannya. Sebuah keberuntungan yang
sangat luar biasa. Bisa berbicara panjang lebar dengan seorang Justin Bieber. Aku
sangat mengidolakanmu Justin. Aku hampir saja berkata pada semua teman-temanku
bahwa aku pernah berkencan denganmu, tapi enggan. Karena aku tau mereka pasti
mengira aku sudah gila.” Ia bicara dengan polosnya. Kata-kata yang sangat apa
adanya.
“bukankah kau memang gila? :P” aku berusaha meledeknya agar
membuatnya tertawa.
“ ya. Tapi aku hebat, bisa membuatmu mencintaiku. Ahaha.
Berarti kau lebih gila kerana mencintai orang gila.”Ucapnya sembari mengulurkan lidahnya padaku. Sekarang ia
tertawa sendiri, wajahnya kembali berseri. Senyumannya , yang paling
kunantikan. Aku bisa melihatnya lagi.
“ karena itulah ku katakan kau gila. Karena kau bisa membuat
semua orang disekitarmu mengikutimu. Menjadi orang gila.” ku balas dengan
menjulurkan lidah sama seperti yang dilakukannya. Ku ambil pasir dan
kulemparkan ke wajahnya.
“mau bermain perang pasir lagi?” ucapku sambil melemparkan
bertubi-tubi pasir padanya. Lalu berlari ke tengah laut.
“hei.. kau ini. Benar –benar. . artis gila, kembali kau !!!”
Sherly berlari mengikutiku ke tengah laut dan membawa segenggam pasir
ditangannya.
Ini sama seperti kejadian 2 tahun lalu. Dan sekarang kami
berdua berada di dalam air dengan ketinggian hingga pinggang kami. Tepat tengah
malam, di bawah sinar rembulan. Ditengah deru angin pantai Kuta dan berisik
ombak, ku kecup bibir Sherly dengan lembut. Ia hanya merasakan tanpa berontak.
Ia memelukku, sangat erat dan aku terus menciumi bibirnya. Aku sadar aku salah melakukan ini, disaat aku
berpacaran dengan Selena. Namun aku akan sangat bodoh jika aku membiarkan
semuanya saat aku tau aku mungkin tak akan pernah bertemu dengannya lagi.
Kami kembali ketepi pantai, mengeringkan tubuh kami yang
basah kuyup. Kami saling mendiamkan diri untuk beberapa saat. Dan ia membuka
pembicaraan dengan ocehannya yang ceplas-ceplos tanpa menyensor kata-kata
didalamnya terlebih dulu.
“ternyata kau seorang pencium hebat, Bieber. Hahaha” Sherly
tertawa sambil memegangi bibirnya.
“kau ini. Bisakah kau simpan pertanyaan itu nanti? Kau
merusak suasana.” Aku malu mendengar pertanyaannya. Dan kurasa jika saat ini
adalah siang, wajahku akan menjadi merah padam.
“baiklah. Baiklah. Senang bisa melakukannya dengan anda.
Hahaha.” Ia terus tertawa. “hei, hampir saja aku lupa menagih janjimu yang satu
lagi. Apa kau ingat?”
“kau ini.” Ku cubit pipinya gemas. Ia memang tak pandai
menyembunyikan sesuatu.
“ tentu saja aku ingat. Aku baru 17 tahun,ingatanku masih
kuat. Baiklah , lagu apa yang kau
inginkan untuk kita nyanyikan bersama?”
“17 tahun. Tapi kenapa terlihat 71 tahun? Haha.”
Sherly tertawa sendiri dengan ucapanya. Aku ingin mencubit
pipinya lagi, namun ia langsung menutup pipinya dengan tangannya.
“sakit tau. Kita damai saja deh..”ucapnya sambil menunjukkan
wajah memelas.
“baiklah. Ayo kita bernyanyi. Kita hanya punya waktu 30
menit sebelum aku kembali ke hotel.” Hotelku hanya berjarak beberapa meter dari
pantai ini. Aku sengaja minta dipilihkan hotel yang sama saat aku dan Ryan
datang kemari.
“ seperti orang sibuk saja kau ini. Baiklah bagaimana kalau never
let you go. Dan berjanjilah sekali lagi kau tak akan melepaskan Selena seperti
kau melepaskanku pergi.”
“tentu.” Ku cium keningnya dan ku dekap ia dipelukanku untuk
beberapa saat untuk terakhir kali. kami bernyanyi bersama menghabiskan malam
ini lalu setelahnya aku berjanji tak akan melepaskan Selena karena aku sama
saja melepaskan dua orang yang sangat berarti dalam hidupku.
..let the music blast.
..we gone do our dance
..bring the doubters on
..they don’t matter at all
..cause this life too long and this love too strong
..so baby know for sho’
..i’ll never let you go.
Bali, Agustus 2011
Kisah ini akhirnya lengkap. Tak seperti kebanyakan Fairytale
yang endingnya selalu pangeran berpasangan dengan putri yang selalu dicarinya,
kisahku ini berbeda. Terkadang kita harus bisa menerima takdir yang ada didepan
kita meskipun semua tak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Bukan aku yang
menjadi pasangan Justin sebagai pangeran yang mencari-cari Cinderellanya,takdir
berbicara lain. Pasangan hidup tak perlu susah payah untuk dicari, lihatlah
orang di sekelilingmu. Siapa yang selalu ada untukmu, itulah pasanganmu
sebenarnya. Dan Justin menemukan Selena, bukan aku.
JUSTIN-SELENA . hmmm.. Mereka memang serasi . sangat serasi. gumamku ketika melihat televisi tentang Justin Bieber dan Selena Gomez yang menghadiri Teens Choice Award 2011. Senang
rasanya melihat Justin tersenyum begitu gembira di depan semua media saat ia
bersama Selena. Semoga saja mereka terus bersama , doaku. Ku matikan TV dan
kunyalakan mp3ku.
#nowplaying: Justin
Bieber- one time.
Dan akhirnya aku
tertidur lelap dalam mimpi indah.
*end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar