FANFICTION
TITLE : THE STORY OF US
GENRE : ROMANTIC STORY
AUTHOR : ANY CULLEN
CAST :
·
Taylor Swift as Chasie
·
Taylor Lautner as Joe
·
Zayn Malik as Jason
LENGTH : 2 CHAPTER
AUTHOR NOTE : cerita ini hanya karangan. Tak ada sangkut
pautnya dengan siapapun di dunia nyata termasuk author . Jika kau merasa orang
yang di dalam cerita itu kau, kau memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi
Dude! Tak percaya? Baiklah kita lihat saja ceritanya!
CHAPTER 1
Chasie P.O.V
“aku tak ingin masuk kesekolah itu, Dad!”
“tapi itu satu-satunya cara agar kau bisa masuk ke
universitas yang kau inginkan. Kau kan tau masuk ke Oxford itu tak mudah, dan
papa rasa sekolah khusus percepatan ini akan membantumu. Mereka mempunyai misi
yang bagus untuk meluluskan murid-muridnya ke universitas yang mereka inginkan.
Kau itu pintar, akan sangat disayangkan jika aku tak mengambil jalan ini.” Papa
menjelaskan panjang lebar kepadaku.
“but, bagaimana dengan SHS yang ingin kumasuki bersama
teman-temanku Dad? Aku sudah membuat planning besar dengan mereka disana
nanti.”
“terkadang untuk meraih sukses tak selamanya membutuhkan
teman nak. Sudahlah , pokoknya kau harus kesana!”
“ahh..dad!” aku tak dapat berkata apa-apa lagi, aku berlari
memasuki kamar dan membanting pintu kamarku keras-keras. Tak ada respon apapun
dari ayahku, ayah memang kejam pada anak perempuan satu-satunya ini . Akhirnya
aku hanya mengeluarkan airmataku dan berteriak sebisaku.
Joe P.O.V
Apa-apaan ini? SHS percepatan? What the hell! Selama di JHS
mana pernah aku belajar sungguh-sungguh. Sekolah hanya tempat dimana aku
menemukan kebebasan. No parent and banyak teman yang bisa di ajak
bersenang-senang. Tapi ini… aku akan
berada di tengah-tengah kerumunan orang cupu, buku-buku pelajaran dan
soal-soal. Sekolah dimulai pukul 7 pagi dan pulang jam 7 malam. 12 jam penuh
disekolah, ini gila! Aku heran apa yang dipikirkan orang tuaku saat ini. Inikah
cara mereka menghukumku atas tingkah nakalku selama ini? Jika ya mereka salah
besar. Akan kubuktikan semua ini tak akan mengubahku dan semua kelakuanku.
Chasie P.O.V
Dark…
WELCOME TO ACCELERATION CLASS, GET YOUR DREAMS AND BEING
NUMBER ONE
Huufftt, get your dreams? Salah besar!?!
Kenapa semuanya seperti ini? Aku berada dilingkungan yang tak
seharusnya. Berada disini seolah-olah di neraka. Bayangkan saja kau itu tarsan
yang tersesat di kota metropolitan U.S.A (kau bisa membayangkannya sendiri, tak
perlu kujelaskan panjang lebar. Kau tau ini membuatku semakin kesal). Masa Senior
High School yang seharusnya “The Funniest School for a life time” menjadi “The
Darkness School for a life time”. Tak ada teman-teman yang selalu menemaniku
saat aku bosan dan jenuh dengan pelajaran, mendengarkan semua keluhanku. Hey ,
anak yang pintar itu tak harus dicekoki oleh buku pelajaran, mereka juga perlu
kehidupan lain. Semoga aku bisa bertahan disini tuhan. #my wish
Joe P.O.V
Aku benar kan? Kelas ini kumpulan orang cupu. Sangat tenang
seolah-olah tak ada kehidupan. Mereka mengikuti semua yang diperintahkan dari
guru. Tak ada keributan disini, semua ini membuatku sangat bosan. Tak ada yang
sejalur denganku, kecuali aku yang membuat mereka bisa sejalur denganku. Hei,
ide yang bagus Dude! Kenapa aku tak berpikir dari dulu. Baiklah , ayo kita
mulai semuanya dari awal. Membuat semua disini menjadi sekolah yang benar-benar
Real.
Chasie P.O.V
Sudah hampir seminggu berada di kelas ini. Tak ada sesuatu
yang membuatku tertarik. Dan kali ini pelajaran Sastra, semua tak berani
berbicara bahkan mengalihkan pandangan mereka dari LCD yang ada di depan kelas.
Tentu saja tak berani jika gurunya lebih mirip Medusa, sangat galak!
Ms. Gennie berjalan mendekati tempat dudukku, aku semakin
merinding. Apa yang salah? Gumamku dalam hati.
“Hei kau yang duduk dibelakang! Apa yang kau lakukan? Dengan
santainya kau memutar-mutar buku itu seperti memutar bola basket, kau tak tau
ilmu apa yang ada di dalamnya? Ayo maju kedepan, dan lakukan atraksi itu
didepan teman-temanmu.” Suara Ms. Gennie menggelegar di seluruh ruangan kelas.
Ia menunjuk seorang anak laki-laki yang duduk paling belakang.
Oh tuhan, anak itu pasti sudah gila!
Dia pun mengikuti instruksi dari Ms. Gennie. Dengan langkah
gontai dan raut muka yang cukup menantang.
Setelah berdiri selama hampir 1 jam di depan kelas sambil
memutar-mutar bukunya, ia dipersilakan kembali ke tempat duduknya. Aku tertawa
terbahak-bahak melihat wajahnya ketika ia memutar-mutar buku, menjulurkan
lidahnya dan menjulingkan matanya kearah Ms. Gennie ketika ia berpaling, seolah-olah
ia sengaja melakukan semua itu tanpa rasa bersalah. Dan karena tawaku itu aku
menjadi pusat perhatian seisi kelas termasuk Ms. Gennie. Aku langsung menundukkan wajahku. Ngeri
sekali rasanya menjadi pusat perhatian di kelas ini. “Awas kau anak brutal!”
Gerutuku. Tapi aku agak heran,ada apa
dengan kelas ini? Tak ada yang tertawa melihat hal lucu seperti itu, memang
aneh. Tesirat di benakku, ini kali pertama aku tertawa selama berada di kelas
ini. Dan aku tertawa karena dia, si anak brutal.
Joe P.O.V
Sial !
Hari ini aku masuk kedalam perangkat si Medusa itu. Jari
–jariku rasanya ingin patah memutar buku setebal 7cm selama 1 jam non stop. Ia
memang sadis, sangat sadis. Semua murid menatapku, tapi hanya menatapku sekilas
dan kemudian kembali mengerjakan soal-soal, hanya seorang gadis yang tertawa
melihatku dan kemudian ia berhenti tertawa karena menjadi pusat perhatian kedua
setelahku. Satu hal yang kusimpulkan dari kelas ini, mereka semua gila . Mereka
tak memiliki urat tertawa kah? Aku sudah berkorban untuk masuk ke jaring Medusa
untuk membuat sedikit keributan, tapi mereka hanya diam. Aku kalah telak !
Semua orang disini benar-benar aneh kecuali aku dan gadis itu. Ya ,gadis
itu,aku lupa namanya , Chasssa… Chasss… ah ya, Chasie! Chasie Swift. Murid yang
cukup pintar dikelas ini. Kupikir aku menemukan seseorang yang bisa diajak
berteman di kelas ini.
“terima kasih telah menemaniku menjadi pusat perhatian di
kelas itu” ucapku ketika menghampirinya usai pelajaran Ms. Gennie.
“oh, bukan apa-apa. Itu hal yang wajar kok. Tertawa , semua
orang bisa melakukannya.” Jawabnya ramah
“tapi tidak dengan yang lain. Kau-tau-kan, mereka semua itu
a-neh?” aku berusaha mengecilkan suaraku di bagian terakhir ini dam melirik ke
sekitar kalau saja ada yang mendengar. Aku takut mereka akan tersinggung, tapi
aku salah besar. Mereka semua sibuk dengan buku-buku yang ketebalan minimumnya
8 cm.
“mereka tak aneh. Hanya berkonsentrasi. Kau jangan langsung
mengambil keputusan seperti itu jika kau tak tau.” Ia berdiri dari mejanya dan
ingin pergi.
Sontak aku langsung berdiri didepannya, mencegah ia
pergi. Ia pun berhenti.
“baiklah. Anyway kita belum berkenalan. Kau Chasie Swift
kan. Aku Joe Lautner” aku mengulurkan tanganku.
“kau sudah tau namaku bukan?” ia berjalan melewatiku dengan
wajah tanpa ekspresi. Lalu berhenti dan menatapku.
“oh iya, lain kali jika kau ingin buat keributan di kelas
carilah ide yang lebih kreatif sedikit. Untuk nyalimu kuberi 2 jempol. Dasar
payah, ahaha..” Ia tertawa dan berjalan lagi keluar kelas.
Aku terpaku ditempat. Ia benar-benar cool. “Chasie Swift ,
wait me,” gumamku.
Chasie P.O.V
Joe Lautner. Pandai di semua cabang olahraga tetapi bodoh
disemua mata pelajaran. Aku heran orang sepertinya kenapa bisa masuk ke kelas
ini. Ku lirik ia sekali lagi, Ia lumayan ganteng dan memiliki tubuh yang
atletis. Dan yang paling indah darinya adalah senyumannya. Ahh.. kenapa aku
terus memikirkannya. Aku tak henti menatapnya di balik buku-buku yang
melindungi wajahku. Rupanya ia sadar aku
memperhatikannya dan ia tersenyum padaku. Aku hanya membenamkan wajah dengan
pipi yang memerah di balik buku. Aku malu!
Joe P.O.V
Ini memasuki bulan ketigaku di kelas ini. Dan ternyata tidak
terlalu buruk. Orang-orang di kelas ini ternyata tak sedingin yang kukira,
mereka hanya tertekan. Sedikit pendekatan bisa membuat mereka lebih terbuka.
Mereka itu kan pintar, mau-maunya di bodohi oleh diri mereka sendiri dan semua
peraturan disini. Satu lagi yang membuatku tertarik, Chasie. Ia benar-benar
nyaman untuk diajak share, orangnya juga asik. Aku merasa mulai
menyukainya(lebih tepatnya sedikit mencintainya, baru sedikit. Karena kami baru
kenal).
Jason datang menghampiriku saat aku sedang memandangi Chasie
yang membaca di bangkunya.
“hei Dude, sedang apa kau? Kau memandanginya, Chasie. Wah
gossip baru nih . sepertinya sang brutal di kelas ini…” belum sempat ia
menyelesaikan celotehannya aku langsung membungkam mulutnya. Aku tak ingin
Chasie tau kalau aku sedang mengamatinya. Dan Jason, ia benar-benar
menyebalkan.
“kau ini…sssttt.. jangan ribut, kalau ia tahu aku sedang
mengamatinya , akan ku luruskan rambut keritingmu itu!” Aku berbisik dan masih
membungkam mulutnya. Ia menggigit tanganku, berusaha melepaskan tanganku yang
menutup mulutnya.
“kau menyukainya.” Jason berbicara serius sambil merapikan
rambut keritingnya, kali ini nada suaranya lebih pelan.
“entahlah.”
“kenapa kau tak dekati saja dia, kau itu tampan dude.
Meskipun otakmu sangat payah.” Ia duduk disampingku dan ikut memperhatikan
Chasie.
“benarkah? Aku ini tampan?”
“ Maksudku , apakah Chasie akan menyukaiku.?”
“kita tak akan tau jika tak dicoba Man!” ia melepaskan tinju
ke bahuku dan kemudian berjalan keluar kelas.
Benar , kita tak akan tau jika tak dicoba.