Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Juli 2013

The Story Of Us Chapter 2



NEXT CHAPTER
Chasie P.O.V
Aku ingin bertanya sesuatu. Jika kau terus-menerus memikirkan seseorang dan selalu berkhayal sesuatu yang indah bersamanya itu disebut apa? Aku selalu mengotak-atik ponselku, berharap mendapat pesan singkat darinya. Lalu tersenyum sendiri ketika membaca pesan itu. ketika ia tak kunjung membalas smsku aku akan berpikir kutelpon atau tidak. Jika ku telpon aku bingung apa yang akan kubicarakan, dan jika tidak ku telpon aku tak akan tau alasan kenapa ia tak membalas pesan dariku. Ahh …  Aku bisa menjadi orang gila kalau terus menerus begini. Baru kali ini aku membuka mata dan menyadari bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan cinta itu indah. Aku tak bisa berhenti mengaguminya, seburuk apapun dia, dia tetap terlihat sempurna. Sebodoh apapun Joe, ia tetap keren dimataku.

*Senior Acceleration High School
Joe menatap mataku, menarik tanganku dan membawaku ke sebuah tempat yang sangat indah. Hanya aku,dia dan burung-burung kecil yang menatap kami di balik ranting. Bunga-bunga bermekaran disekitar kami. Aku tak tau apakah ada tempat seindah ini di dunia nyata. Dan .. duar…
“hi, adik kecil. Kau sedang melamun rupanya. Kita pulang bersama ya.” Ia menghampiriku, membuyarkan lamunan indahku.
“ehh… hah? Apa?” aku masih setengah sadar dan tak yakin akan ucapannya, ini pasti masih bagian dari lamunanku. Tuhan tolong cepat bangunkan aku! Aku memukul-mukul kepalaku dengan pensil. Tapi semuanya nyata.  Joe benar-benar berdiri di sampngku.
“kau ini kenapa? Kita pulang bersama , ayo..” Ia membereskan buku-buku yang berserakan di mejaku, memasukkannya kedalam  tasku dan menarikku keluar.

Ku ingatkan, Itu tak hanya sekali.

Joe P.O.V
Chasie… oh… Chasie.. I can’t stop think about you.
Sudah hampir 5 bulan kami melakukan pendekatan dan aku masih tak bisa membaca bagaimana perasaan Chasie kepadaku. Ia selalu membalas sms yang kukirim dan memulai sms jika aku yang tak memulainya. Itu wajar. Memanggilku kakak, itu juga wajar karena ia memang lebih muda dariku. Selalu memberiku les privat setiap ada ulangan. Ia juga melakukan itu pada Jason dan yang lainnya, sangat wajar. Tak ada perlakuan khusus apapun.
Aku ingin mengatakan kalau aku menyukainya, tapi itu sangat berat. Bagaimana jika ia tak nyaman dan akan menjauhiku? Itu membuat jarak di antara kami semakin jauh. Aku masih perlu waktu. Pikirku.
“melamun lagi dude? Astaga. Kenapa kau tak tembak saja dia. Kau tau, dia menunggumu.” Jason menghampiriku,tersenyum lalu berlalu.
Mungkin Jason benar. Akan kupilih waktu yang tepat.
“ternyata benar. Kau menyukainya. Bodoh sekali kau.” Nessie menghampiriku ketika anak-anak yang lain sedang makan siang.
“mm… begitulah.”
“kau tak tau bagaimana kelakuannya? Maksudku kau tak tau kalau Chasie itu druger?”
“kalau kau ingin bercanda, ini tidak lucu.” Aku tersentak mendengar apa yang dikatakan Nessie, sungguh aku tak tau akan hal ini. Yang aku tau Chasie itu wanita lugu dan bersih.
“aku tak bercanda. Hampir semua anak dikelas ini tau, kemana saja kau?”
“apa ada bukti bahwa dia berbuat begitu?”
“ada, Thalia menemukan sebungkus obat didalam tasnya. Orang yang baik dari luar belum tentu baik didalamnya Joe.”
“terima kasih telah memberitahuku. Bisakah kau tinggalkan aku sendiri?” aku meminta Nessie untuk pergi. Aku benar-benar ingin sendiri saat ini.
Benarkah semua yang dikatakan Nessie? Benarkah Chasie begitu? Kenapa ia tak pernah bercerita padaku? Aku merasa telah ditipu olehnya mentah-mentah selama ini.
Kenapa Chasie setega itu padaku.

Chasie P.O.V
Joe bersikap aneh. Ia tak pernah menyapaku, tak pernah membalas pesan singkat yang kukirim padanya, seolah-olah aku tak pernah ada disekitarnya. Apa yang telah membuatnya berubah aneh seperti ini? Apakah ada perkataanku yang salah? Tidak, aku tak pernah mengatakan sesuatu yang membuatnya merasa tak nyaman. Kenapa sebenarnya dia?

Joe P.O.V
Mendiamkan Chasie seperti ini kurasa cukup untuk membuatnya menyadari kesalahannya padaku. Entah kenapa saat ini aku muak melihatnya. Semua hal tentangnya. Andai ia tau betapa sakitnya aku ditipu olehnya. Dibohongi hingga sejauh ini. Tak tau sampai kapan rasa sakit ini hilang, mungkin hingga saat aku tak bertemu Chasie barulah rasa sakit ini hilang.

Chasie P.O.V
1 tahun ia menganggapku tak ada dikelas ini. Apa sebenarnya yang salah? Terakhir kali bertemu ia masih baik-baik saja. Oh tuhan apa sebenarnya yang terjadi. Berikan aku sedikit penjelasan. Aku tak sanggup begini terus, jika aku memang membuat kesalahan tolong katakan saja Joe Lautner. Aku akan melakukan apapun untuk memohon maaf darimu. Tapi kau tak juga bicara!
“kau pasti terus memikirkannya kan?” Jason menghampiriku.
“apanya?”
“tak usah bohong. Kau pasti bertanya apa yang membuat Joe menjauhimu.”
“ya. 1 tahun aku memikirkannya. Aku tak pernah mendapatkan jawaban. Ini lebih rumit dari soal matematika Jasy.”
“baiklah. Tapi kau berjanji harus menjawab dengan jujur pertanyaanku.”
“tentu saja.”
“apa benar kau seorang drugger?” Jason memulai pertanyaannya.
“astaga , siapa yang berkata begitu. Demi tuhan aku tak pernah melakukannya. Jadi yang membuat Joe berubah karena ia mengira aku seorang drugger?”
“begitulah. Gossip dengan kencangnya berhembus, mengatakan kau adalah drugger. Berarti terjadi kesalah pahaman disini.”
“aku benar-benar tak menyangka ada yang setega itu.”
“ini sebenarnya rahasia Joe, tapi aku tak tega melihatmu. Kau harus tau kebenarannya, sebenarnya dia sangat menyayangimu Chas. Lebih dari yang kau tau. Dia ingin serius denganmu, tapi semuanya hancur semenjak kabar itu berhembus. Tahukah kau? Ia menyiapkan masak-masak cara untuk menyatakan cintanya padamu.”
“benarkah…” aku mendekap mulutku.
Tess…
Kenapa aku menangis?
Ayolah Chas, berhentilah menangis!
Air mata ini sangat menyebalkan, ia mengalir dengan deras hingga aku tak mampu membendungnya lagi.
“jangan menangis Chas.tak ada gunanya kau menangisinya. Kau tak bisa mengubah kenyataan dan menghentikan waktu.”Jason meletakkan tangannya dikedua pipiku lalu mengusap airmataku.
“kalau aku mengatakan yang sebenarnya pada Joe maukah kau berjanji untuk berhenti menangis?” ucap Jason sambil membenamkan wajahku ke dalam pelukannya.

Andai saja itu Joe.
Andai saja Joe menyeka airmataku saat aku menangis.
Andai saja Joe yang membantuku berdiri saat kanyataan membuatku terjatuh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar