Joe P.O.V
Sakit.
Lebih sakit dari dibohongi oleh Chasie Swift.
Melihatnya menangis di dekapan Jason.
Aku benar-benar tak pantas untuknya. Aku tak bersamanya saat
ia menangis. Aku tak bisa membuatnya tersenyum. Aku tak menjaganya.
“jangan memaksakan dirimu untuk membencinya.” Jason
tiba-tiba berada disampingku.
“seharusnya kau lebih percaya pada orang yang kau sayang daripada
orang lain. Dan andai itu memang benar, seharusnya kau menerimanya apa adanya.
Bukan malah ikut menyalahkannya. Kau tau bagaimana keadaannya? Ia menangis Joe.
Dan itu atas perbuatanmu. Kau tau, ia sangat menyayangimu.”Jason menceramahiku
panjang lebar.
“jadi, gossip itu fitnah?”
“tentu saja bodoh. Kejarlah dia, dan jaga dia. Jika kau
mengecewakannya jangan salahkan aku jika kurebut dia.”Jason berlalu meninggalkanku
dengan sejuta pertanyaan.
Chasie P.O.V
Aku pernah membaca sebuah buku yang pesannya : “Kesempatan
itu datangnya hanya satu kali. Jika kau telah melewatkannya kau tak akan pernah
menemukan kesempatan yang sama seumur hidupmu.
Manfaatkan setiap kesempatan yang kau miliki, sebelum kau
menyesal nantinya.”
Mungkin buku itu ada benarnya, lebih tepatnya sangat benar.
“temui aku sepulang sekolah. Ada hal yang ingin kubicarakan
padamu. Joe .”
Jason membaca pesan singkat yang kutemukan di atas mejaku
saat aku sedang istirahat makan siang.
“dia ingin berbicara padamu. Biar kutebak, ia pasti ingin
memulai semuanya dari awal bersamamu.” Ucap Jason
“kau ini, ada-ada saja. Mana mungkin. Temani aku menemuinya
ya. Aku malu menghadapinya sendirian.” Ucapku sambil mencomot nacos yang ada
didepanku.
“biasanya kau selalu menghadapinya sendirian. Kenapa
sekarang tak berani?”
“pokoknya temani saja.”
“baiklah, tapi kau harus mentraktirku makan.”
“dasar gendut. Baiklah, setelah kita menemuinya ku traktir
kau makan,Ndut.. hha”
Joe P.O.V
Semoga ia mau menerimaku lagi.
Aku sangat gugup mengatakannya.
“Joe.” Chasie berteriak dibelakangku.
Jantungku hampir lepas, sudah lama sekali aku tak
mendengarnya memanggil namaku.
“hai Chasie.” Aku berusaha menyembunyikan rasa gugupku.
“ada sesuatu yang ingin kukatakan. Jason, bisakah kau
tinggalkan kami berdua sebentar?” aku memulai pembicaraan.
“baiklah, tentu.” Jason menyahut. Lalu ia pergi beberapa
langkah menjauhi kami.
“begini. Maafkan aku Chas. Aku bodoh telah menjauhimu selama
setahun. Aku bodoh tak mempercayaimu. Aku bodoh tak ada disampingmu saat kau
membutuhkanmu. Aku bodoh karna membuatmu mengangis.” Aku mengatakan semua yang
kupendam.
“kau tak salah, tak perlu minta maaf. Akhirnya kau sadar
kalau kau itu bodoh. Haha.” Chasie tertawa, sudah lama aku tak melihatnya
tertawa seperti ini.
“aku menyayangimu Chas, bisakah kita ulang semuanya dari
awal lagi?”
“mm…” Chasie yang duduk didepanku menundukkan kepalanya.
“chas? Tak apa jika kau tak menjawab sekarang.”
“baiklah akan ku jawab. Aku juga menyayangimu. Sejak dulu
hingga sekarang, rasa itu tak berubah.”
“benarkah? Jadi kita bisa mengulang semuanya dari awal?”
“maaf, untuk itu aku tak bisa. Terlalu berat untuk memulai
semuanya dari awal. Aku memang menyayangimu, tapi kau tak pernah ada saat aku
membutuhkanmu. Kau tau aku sangat sakit mendengar kau menjauhiku karena kau
percaya gossip itu. Hingga saat ini, aku belum bisa menghapus rasa kecewaku
padamu. Sekali lagi aku minta maaf.”
“tapi Chas..”
“banyak wanita diluar sana yang berharap jadi kekasihmu,
kenapa kau tak memilih salah satu dari mereka? Jangan menyia-nyiakan kesempatan
yang datang padamu.”Chasie memegang pundakku, dan tangan yang lain menyetuh
pipiku. Kurasakan tangannya yang lembut
memegang pipiku.
“apa karena Jason? Kau menyukainya?” aku menggenggam
tangannya dan menempelkan ke pipiku.
“tidak, belum. Kan sudah ku katakan aku menyayangimu. Hingga
saat ini hanya kamu. Tapi tak menutup kemungkinan jika kesempatan untuk Jason
memang ada.”
Aku tak dapat berkata banyak. Aku sudah menyia-nyiakannya.
Orang yang sangat berarti untukku.
“jangan kecewa. Manfaatkan sebaik mungkin kesempatan yang
kau miliki. Jadikan semua ini pelajaran penting bagimu.”
“sudah selesai? Aku lelah menunggu? Jadi bagaimana? Kalian
pacaran?” Jason datang menghampiriku dan Chasie.
“mau tau saja kau ini. Ayo kita makan. Aku sudah lapar Ndut.
Kita makan Sushi ya.” Chasie menghampiri dan menggenggam tangan Jason.
Chasie berjalan meninggalkanku, lalu langkahnya terhenti dan
ia kembali menghampiriku.
“aku menyayangimu Joe Lautner. Sangat .”ia berbisik
ditelingaku, lalu berlari kecil menghampiri Jason. Tangannya menggenggam erat
tangan Jason dan tersenyum dangan manis.
“kami pergi dulu
Joe.” Sapa Chasie dengan senyum yang benar-benar tulus.
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar