Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Juli 2013

The Story Of Us #Chapter 1


FANFICTION
TITLE : THE STORY OF US
GENRE : ROMANTIC STORY
AUTHOR : ANY CULLEN
CAST :  
·         Taylor Swift as Chasie
·         Taylor Lautner as Joe
·         Zayn Malik as Jason
LENGTH : 2 CHAPTER
AUTHOR NOTE : cerita ini hanya karangan. Tak ada sangkut pautnya dengan siapapun di dunia nyata termasuk author . Jika kau merasa orang yang di dalam cerita itu kau, kau memiliki rasa percaya diri yang sangat tinggi Dude! Tak percaya? Baiklah kita lihat saja ceritanya!

CHAPTER 1
Chasie P.O.V
“aku tak ingin masuk kesekolah itu, Dad!”
“tapi itu satu-satunya cara agar kau bisa masuk ke universitas yang kau inginkan. Kau kan tau masuk ke Oxford itu tak mudah, dan papa rasa sekolah khusus percepatan ini akan membantumu. Mereka mempunyai misi yang bagus untuk meluluskan murid-muridnya ke universitas yang mereka inginkan. Kau itu pintar, akan sangat disayangkan jika aku tak mengambil jalan ini.” Papa menjelaskan panjang lebar kepadaku.
“but, bagaimana dengan SHS yang ingin kumasuki bersama teman-temanku Dad? Aku sudah membuat planning besar dengan mereka disana nanti.”
“terkadang untuk meraih sukses tak selamanya membutuhkan teman nak. Sudahlah , pokoknya kau harus kesana!”
“ahh..dad!” aku tak dapat berkata apa-apa lagi, aku berlari memasuki kamar dan membanting pintu kamarku keras-keras. Tak ada respon apapun dari ayahku, ayah memang kejam pada anak perempuan satu-satunya ini . Akhirnya aku hanya mengeluarkan airmataku dan berteriak sebisaku.


Joe P.O.V
Apa-apaan ini? SHS percepatan? What the hell! Selama di JHS mana pernah aku belajar sungguh-sungguh. Sekolah hanya tempat dimana aku menemukan kebebasan. No parent and banyak teman yang bisa di ajak bersenang-senang. Tapi ini…  aku akan berada di tengah-tengah kerumunan orang cupu, buku-buku pelajaran dan soal-soal. Sekolah dimulai pukul 7 pagi dan pulang jam 7 malam. 12 jam penuh disekolah, ini gila! Aku heran apa yang dipikirkan orang tuaku saat ini. Inikah cara mereka menghukumku atas tingkah nakalku selama ini? Jika ya mereka salah besar. Akan kubuktikan semua ini tak akan mengubahku dan semua kelakuanku.

Chasie P.O.V

Dark…
WELCOME TO ACCELERATION CLASS, GET YOUR DREAMS AND BEING NUMBER ONE

Huufftt, get your dreams? Salah besar!?!
Kenapa semuanya seperti ini? Aku berada dilingkungan yang tak seharusnya. Berada disini seolah-olah di neraka. Bayangkan saja kau itu tarsan yang tersesat di kota metropolitan U.S.A (kau bisa membayangkannya sendiri, tak perlu kujelaskan panjang lebar. Kau tau ini membuatku semakin kesal). Masa Senior High School yang seharusnya “The Funniest School for a life time” menjadi “The Darkness School for a life time”. Tak ada teman-teman yang selalu menemaniku saat aku bosan dan jenuh dengan pelajaran, mendengarkan semua keluhanku. Hey , anak yang pintar itu tak harus dicekoki oleh buku pelajaran, mereka juga perlu kehidupan lain. Semoga aku bisa bertahan disini tuhan. #my wish

Joe P.O.V
Aku benar kan? Kelas ini kumpulan orang cupu. Sangat tenang seolah-olah tak ada kehidupan. Mereka mengikuti semua yang diperintahkan dari guru. Tak ada keributan disini, semua ini membuatku sangat bosan. Tak ada yang sejalur denganku, kecuali aku yang membuat mereka bisa sejalur denganku. Hei, ide yang bagus Dude! Kenapa aku tak berpikir dari dulu. Baiklah , ayo kita mulai semuanya dari awal. Membuat semua disini menjadi sekolah yang benar-benar Real.

Chasie P.O.V
Sudah hampir seminggu berada di kelas ini. Tak ada sesuatu yang membuatku tertarik. Dan kali ini pelajaran Sastra, semua tak berani berbicara bahkan mengalihkan pandangan mereka dari LCD yang ada di depan kelas. Tentu saja tak berani jika gurunya lebih mirip Medusa, sangat galak!
Ms. Gennie berjalan mendekati tempat dudukku, aku semakin merinding. Apa yang salah? Gumamku dalam hati.
“Hei kau yang duduk dibelakang! Apa yang kau lakukan? Dengan santainya kau memutar-mutar buku itu seperti memutar bola basket, kau tak tau ilmu apa yang ada di dalamnya? Ayo maju kedepan, dan lakukan atraksi itu didepan teman-temanmu.” Suara Ms. Gennie menggelegar di seluruh ruangan kelas. Ia menunjuk seorang anak laki-laki yang duduk paling belakang.
Oh tuhan, anak itu pasti sudah gila!
Dia pun mengikuti instruksi dari Ms. Gennie. Dengan langkah gontai dan raut muka yang cukup menantang.
Setelah berdiri selama hampir 1 jam di depan kelas sambil memutar-mutar bukunya, ia dipersilakan kembali ke tempat duduknya. Aku tertawa terbahak-bahak melihat wajahnya ketika ia memutar-mutar buku, menjulurkan lidahnya dan menjulingkan matanya kearah Ms. Gennie ketika ia berpaling, seolah-olah ia sengaja melakukan semua itu tanpa rasa bersalah. Dan karena tawaku itu aku menjadi pusat perhatian seisi kelas termasuk Ms. Gennie.  Aku langsung menundukkan wajahku. Ngeri sekali rasanya menjadi pusat perhatian di kelas ini. “Awas kau anak brutal!” Gerutuku.  Tapi aku agak heran,ada apa dengan kelas ini? Tak ada yang tertawa melihat hal lucu seperti itu, memang aneh. Tesirat di benakku, ini kali pertama aku tertawa selama berada di kelas ini. Dan aku tertawa karena dia, si anak brutal.

Joe P.O.V
Sial !
Hari ini aku masuk kedalam perangkat si Medusa itu. Jari –jariku rasanya ingin patah memutar buku setebal 7cm selama 1 jam non stop. Ia memang sadis, sangat sadis. Semua murid menatapku, tapi hanya menatapku sekilas dan kemudian kembali mengerjakan soal-soal, hanya seorang gadis yang tertawa melihatku dan kemudian ia berhenti tertawa karena menjadi pusat perhatian kedua setelahku. Satu hal yang kusimpulkan dari kelas ini, mereka semua gila . Mereka tak memiliki urat tertawa kah? Aku sudah berkorban untuk masuk ke jaring Medusa untuk membuat sedikit keributan, tapi mereka hanya diam. Aku kalah telak ! Semua orang disini benar-benar aneh kecuali aku dan gadis itu. Ya ,gadis itu,aku lupa namanya , Chasssa… Chasss… ah ya, Chasie! Chasie Swift. Murid yang cukup pintar dikelas ini. Kupikir aku menemukan seseorang yang bisa diajak berteman di kelas ini.
“terima kasih telah menemaniku menjadi pusat perhatian di kelas itu” ucapku ketika menghampirinya usai pelajaran Ms. Gennie.
“oh, bukan apa-apa. Itu hal yang wajar kok. Tertawa , semua orang bisa melakukannya.” Jawabnya ramah
“tapi tidak dengan yang lain. Kau-tau-kan, mereka semua itu a-neh?” aku berusaha mengecilkan suaraku di bagian terakhir ini dam melirik ke sekitar kalau saja ada yang mendengar. Aku takut mereka akan tersinggung, tapi aku salah besar. Mereka semua sibuk dengan buku-buku yang ketebalan minimumnya 8 cm.
“mereka tak aneh. Hanya berkonsentrasi. Kau jangan langsung mengambil keputusan seperti itu jika kau tak tau.” Ia berdiri dari mejanya dan ingin pergi.
Sontak aku langsung berdiri didepannya, mencegah ia pergi.  Ia pun berhenti.
“baiklah. Anyway kita belum berkenalan. Kau Chasie Swift kan. Aku Joe Lautner” aku mengulurkan tanganku.
“kau sudah tau namaku bukan?” ia berjalan melewatiku dengan wajah tanpa ekspresi. Lalu berhenti dan menatapku.
“oh iya, lain kali jika kau ingin buat keributan di kelas carilah ide yang lebih kreatif sedikit. Untuk nyalimu kuberi 2 jempol. Dasar payah, ahaha..” Ia tertawa dan berjalan lagi keluar kelas.
Aku terpaku ditempat. Ia benar-benar cool. “Chasie Swift , wait me,”  gumamku.


Chasie P.O.V
Joe Lautner. Pandai di semua cabang olahraga tetapi bodoh disemua mata pelajaran. Aku heran orang sepertinya kenapa bisa masuk ke kelas ini. Ku lirik ia sekali lagi, Ia lumayan ganteng dan memiliki tubuh yang atletis. Dan yang paling indah darinya adalah senyumannya. Ahh.. kenapa aku terus memikirkannya. Aku tak henti menatapnya di balik buku-buku yang melindungi wajahku. Rupanya ia sadar  aku memperhatikannya dan ia tersenyum padaku. Aku hanya membenamkan wajah dengan pipi yang memerah di balik buku. Aku malu!

Joe P.O.V
Ini memasuki bulan ketigaku di kelas ini. Dan ternyata tidak terlalu buruk. Orang-orang di kelas ini ternyata tak sedingin yang kukira, mereka hanya tertekan. Sedikit pendekatan bisa membuat mereka lebih terbuka. Mereka itu kan pintar, mau-maunya di bodohi oleh diri mereka sendiri dan semua peraturan disini. Satu lagi yang membuatku tertarik, Chasie. Ia benar-benar nyaman untuk diajak share, orangnya juga asik. Aku merasa mulai menyukainya(lebih tepatnya sedikit mencintainya, baru sedikit. Karena kami baru kenal).
Jason datang menghampiriku saat aku sedang memandangi Chasie yang membaca di bangkunya.
“hei Dude, sedang apa kau? Kau memandanginya, Chasie. Wah gossip baru nih . sepertinya sang brutal di kelas ini…” belum sempat ia menyelesaikan celotehannya aku langsung membungkam mulutnya. Aku tak ingin Chasie tau kalau aku sedang mengamatinya. Dan Jason, ia benar-benar menyebalkan.
“kau ini…sssttt.. jangan ribut, kalau ia tahu aku sedang mengamatinya , akan ku luruskan rambut keritingmu itu!” Aku berbisik dan masih membungkam mulutnya. Ia menggigit tanganku, berusaha melepaskan tanganku yang menutup mulutnya.
“kau menyukainya.” Jason berbicara serius sambil merapikan rambut keritingnya, kali ini nada suaranya lebih pelan.
“entahlah.”
“kenapa kau tak dekati saja dia, kau itu tampan dude. Meskipun otakmu sangat payah.” Ia duduk disampingku dan ikut memperhatikan Chasie.
“benarkah? Aku ini tampan?”
“ Maksudku , apakah Chasie akan menyukaiku.?”
“kita tak akan tau jika tak dicoba Man!” ia melepaskan tinju ke bahuku dan kemudian berjalan keluar kelas.
Benar , kita tak akan tau jika tak dicoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar